BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Negara Indonesia
terdiri dari berbagai suku yang tinggal di beberapa pulau. Negara Indonesia
memiliki bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan sangat penting kedudukannya dalam kehidupan masyarakat.
Sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai bahasa resmi
negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, alat perhubungan pada
tingkat nasional bagi kepentingan menjalankan roda pemerintahan dan
pembangunan, dan alat pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan,
seni, serta teknologi modern. Fungsi-fungsi
ini tentu saja harus dijalankan secara tepat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Penggunaan bahasa Indonesia dewasa ini telah
mengalami penurunan, dalam arti masyarakat sekarang ini lebih sering
menggunakan bahasa asing atau bahasa popular dalam kehidupannya, tidak hanya di
kehidupan masyarakat, dalam dunia pendidikan pun bahasa Indonesia sudah yang
baik dan benar sudah sedikit mengalami penurunan.
Dari paparan di atas, tentu sangat jelas
diperlukan pembudidayaan bahasa Indonesia dalam pendidikan. Pendidikan
merupakan salah satu alternatif terbaik untuk membudidayakan bahasa Indonesia
agar menjadi bahasa yang benar-benar di -gunakan sesuai peraturan dan sesuai
fungsinya.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan oleh penulis pada bagian sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana menerapkan keterampilan berbahasa Indonesia pada siswa
2. Apa sajakah hambatan-hambatan yang dapat ditemui dalam penerapan bahasa Indonesia pada KBM
3. Apa sajakah upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan penggunaan
berbahasa Indonesia yang baik dan benar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia di Sekolah
Berbicara merupakan salah satu alat komunikasi
yang paling efektif. Hal ini mendorong orang untuk belajar berbicara dan
membuktikan bahwa berbicara akan lebih efektif dibandingkan dengan bentuk-bentuk
komunikasi yang lain. Maka bagi siswa bicara tidak sekedar merupakan prestasi
akan tetapi juga berfungsi untuk mencapai tujuannya. Sehingga dalam
pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan berbicara merupakan kompetensi yang
harus diujikan sesuai jenjang kelasnya. Keterampilan berbicara bahasa Indonesia
di sekolah dasar ini hanya terwujud pada proses kegiatan belajar mengajar di
kelas saja. Dalam kompetensi umum mata pelajaran bahasa Indonesia SD aspek
berbicara mengungkapkan indikator-indikator yang berhubungan dengan
mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, berpidato,
berdialog, menyampaikan pesan, bertukar pengalaman, menjelaskan,
mendiskripsikan, bermain peran, dan percakapan yang hanya dilakukan dalam
pembelajaran saja.
Keterampilan berbicara bahasa Indonesia yang
berhubungan dengan keseharian tidak pernah diukur dan dinilai. Para siswa
dibiarkan berbicara menggunakan bahasa daerahnya masing-masing, padahal bahasa
resmi yang digunakan pada pendidikan adalah bahasa Indonesia.
Sungguh ironis bila hal ini dibiarkan berlarut-larut pada setiap lembaga pendidikan. Kadang lembaga pendidikan lebih merasa bangga bila dapat mengembangkan bahasa asing lebih maju daripada mengembangkan bahasa Indonesia, seperti kata pepatah “kacang lupa kulitnya.“ Ini adalah bukti konkret pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah belum bisa mempraktikkan dalam kesehariannya. Ketika digunakan dalam percakapan sering sekali dijumpai berbicara dengan bahasa dialeknya. Oleh karena itu, perlu adanya upaya bagi para guru untuk menentukan kebijakan supaya pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya di kelas tetapi juga di luar kelas.
Bila keterampilan berbicara bahasa Indonesia dapat diterapkan dalam sehari-hari oleh seluruh anggota sekolah maka akan menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menumbuhkan semangat nasionalisme. Sehingga dapat mempersatukan berbagai macam asal siswa, hal ini sesuai dengan fungsi khusus bahasa Indonesia yaitu sebagai alat pemersatu berbagai suku yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda.
B. Hambatan Berbicara Bahasa Indonesia dalam Keseharian di Sekolah
Sungguh ironis bila hal ini dibiarkan berlarut-larut pada setiap lembaga pendidikan. Kadang lembaga pendidikan lebih merasa bangga bila dapat mengembangkan bahasa asing lebih maju daripada mengembangkan bahasa Indonesia, seperti kata pepatah “kacang lupa kulitnya.“ Ini adalah bukti konkret pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah belum bisa mempraktikkan dalam kesehariannya. Ketika digunakan dalam percakapan sering sekali dijumpai berbicara dengan bahasa dialeknya. Oleh karena itu, perlu adanya upaya bagi para guru untuk menentukan kebijakan supaya pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya di kelas tetapi juga di luar kelas.
Bila keterampilan berbicara bahasa Indonesia dapat diterapkan dalam sehari-hari oleh seluruh anggota sekolah maka akan menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menumbuhkan semangat nasionalisme. Sehingga dapat mempersatukan berbagai macam asal siswa, hal ini sesuai dengan fungsi khusus bahasa Indonesia yaitu sebagai alat pemersatu berbagai suku yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda.
B. Hambatan Berbicara Bahasa Indonesia dalam Keseharian di Sekolah
Usaha untuk meningkatkan keterampilan berbicara
bahasa Indonesia di sekolah akan ditemui hambatan yang datang dari lingkungan
sekolah itu sendiri, antara lain :
1. Adanya pandangan guru bahwa berbicara bahasa Indonesia dalam keseharian di sekolah itu tidak lazim.
1. Adanya pandangan guru bahwa berbicara bahasa Indonesia dalam keseharian di sekolah itu tidak lazim.
Hal ini tercermin ketika dalam pergaulan
sehari-hari mereka enggan berbicara bahasa Indonesia bahkan dengan lugasnya
berbicara seenaknya. Mereka lupa bahwa penggunaan bahasa Indonesia dipakai pada
bahasa resmi lembaga pemerintah dan pendidikan. Hal ini juga terjadi di
sekolah-sekolah dari jenjang SD-SMA, mereka para guru tetap menggunakan bahasa
daerahnya. Jarang sekali mereka berbicara menggunakan bahasa Indonesia ketika
berbicara dengan teman guru atau bahkan dengan para siswanya.
2. Belum adanya penilaian bagi siswa yang berbicara bahasa Indonesia.
2. Belum adanya penilaian bagi siswa yang berbicara bahasa Indonesia.
Keadaan yang demikian menimbulkan sikap apatis
pada diri siswa karena merasa tidak ada gunanya baik yang berbicara bahasa
Indonesia maupun yang tidak. Belum adanya pengawasan dan penilaian dari guru
dalam pelaksanaan berbicara bahasa Indonesia di luar kelas mengakibatkan siswa
acuh dalam mempraktikkannya. Sehingga perlu adanya model penilaian yang nyata
dalam percakapan sehari-hari.
3. Tidak adanya program berbahasa Indonesia dari lembaga pendidikan.
3. Tidak adanya program berbahasa Indonesia dari lembaga pendidikan.
Untuk sementara ini pada setiap lembaga pendidikan
belum ada yang mempunyai inisiatif memberlakukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa sehari-hari. Entah karena gengsi atau merasa bahasa Indonesia tidak
terkenal.Padahal dikatakan oleh Profesor Yang Seung- Yoon, Ph.D dari Hankuk
University of Foreign Stidiudies, Seoul, Korea, berpandangan bahwa bahasa
Indonesia berpotensi menjadi bahasa internasional, setidaknya di Asia .Pandangan
tersebut memperlihatkan kepada kita bahwa kedudukan bahasa Indonesia di mata
negara lain memiliki potensi untuk berkembang. Oleh karena itu, kebanggaan
terhadap bahasa Indonesia harus kita pupuk sedini mungkin sebagai wujud
penghargaan kita terhadapnya, sehingga ke depan kita dapat berharap bahasa
Indonesia menjadi besar.
C. Peranan Bahasa Indonesia dalam setiap Kegiatan Pembelajaran
C. Peranan Bahasa Indonesia dalam setiap Kegiatan Pembelajaran
Bahasa pengantar wajib sekolah-sekolah di
Indonesia yaitu bahasa Indonesia, sehingga bahasa Indonesia akan selamanya
berperan dalam setiap kegiatan pembelajaran, apapun materi yang dipelajarinya
baik tentang ilmu alam ataupun ilmu sosial. Buku-bukunya pun dominan ditulis
dalam bahasa Indonesia dan sangat jarang ditemukan buku sekolah yang ditulis
dalam bahasa asing kecuali buku-buku yang diajarkan dalam kegiatan perkuliahan.
Mayoritas buku-buku pelajaran yang beredar di Indonesia menggunakan bahasa
Indonesia sehingga wajar jika dikatakan bahwa bahasa Indonsialah yang berperan
utama.
Dalam kegiatan pembelajaran di Indonesia bahasa Indonesia
merupakan pedang yang sangat diperlukan. Bahasa Indonesia dalam penerapannya
memiliki keutamaan-keutamaan sebagai berikut:
1. Bahasa Nasional, sehingga pelajar yang berasal dari luar daerah pun tetap akan bisa mengikuti kegiatan pembelajaran di daerah lain yang berbeda bahasa, karena bahasa Indonesia yang memadukan semuanya.
2. Bahasa Indonesia lebih relatfif mudah dimengerti oleh siapa pun. Beda dengan bahasa daerah biasanya dalam mempelajarainya cukup susah.
3. Bahasa Indonesia telah tersebar diberbagai media baik itu dimedia cetak atupun elektronik sehingga semua masyarakat Indonesia akan dengan mudah memahami bahasa Indonesia.
D. Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia di Sekolah
1. Bahasa Nasional, sehingga pelajar yang berasal dari luar daerah pun tetap akan bisa mengikuti kegiatan pembelajaran di daerah lain yang berbeda bahasa, karena bahasa Indonesia yang memadukan semuanya.
2. Bahasa Indonesia lebih relatfif mudah dimengerti oleh siapa pun. Beda dengan bahasa daerah biasanya dalam mempelajarainya cukup susah.
3. Bahasa Indonesia telah tersebar diberbagai media baik itu dimedia cetak atupun elektronik sehingga semua masyarakat Indonesia akan dengan mudah memahami bahasa Indonesia.
D. Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia di Sekolah
Untuk mewujudkan keterampilan berbicara bahasa
Indonesia dapat diterapkan dalam percakapan sehari-hari, maka upaya untuk
meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia di sekolah, dapat
dilaksanakan program sebagai berikut :
1. Guru menjadi model yang baik untuk dicontoh oleh siswa
1. Guru menjadi model yang baik untuk dicontoh oleh siswa
Siswa sangat membutuhkan suatu model guru yang
dalam berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Guru
hendaknya memberikan contoh konkret dengan keteladanan dalam berbahasa. Agar
siswa dapat menirukan dan melafalkan kata atau kalimat dengan tepat sesuai
kaidah yang berlaku.
Dalam melaksanakan upaya di atas, maka dalam
kegiatan sehari-hari di sekolah dalam berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
Mereka berbicara bahasa Indonesia dalam kegiatan belajar mengajar di kelas,
ruang guru, atau di luar kelas. Para guru pada saat berkomunikasi selama di
sekolah selalu berbicara bahasa Indonesia, adanya kebiasaan guru yang demikian
cukup membantu siswa dalam belajar keterampilan berbicara bahasa Indonesia
sehingga guru oleh siswa dijadikan contoh dalam berbicara.
2. Menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Modeling The Way
2. Menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Modeling The Way
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada
keterampilan berbicara bahasa Indonesia perlu menerapkan pendekatan Modeling
The Way (membuat contoh praktik). Strategi ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mempraktikkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia melalui
demonstrasi, dari hasil demonstrasi ini kemudian diterapkan dalam keseharian di
sekolah, yaitu siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil, identifikasi
beberapa situasi umum yang biasa siswa lakukan di ruang kelas dan luar kelas
dalam berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar, kemudian siswa
mendemonstrasikan satu persatu dalam berbicara bahasa Indonesia. Modeling The
Way memberi waktu siswa untuk menciptakan skenario sendiri dan menentukan
bagaimana mengilustrasikan keterampilan berbicara sesuai kelompoknya. Kemudian
siswa diberi kesempatan untuk memberikan feedback pada setiap demonstrasi yang
dilakukan.
Dengan pendekatan Modeling The Way dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan berbicara siswa dapat meningkat dan
keberanian siswa dalam berbicara semakin berani dan tidak takut salah, dari
kegiatan tersebut diperoleh contoh data di SDN Tegalwangi 01 sebagai berikut :
pembelajaran awal sebelum menggunakan pendekatan Modeling The Way dari 45 siswa
kelas VI hanya 16 siswa yang sudah aktif berbicara bahasa Indonesia dengan
prosentase 36 % sedangkan 29 siswa masih pasif dalam berbicara dengan
prosentase 64 %. Setelah dalam pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan
Modeling The Way maka diperoleh data sebagai berikut : siswa yang aktif
berbicara menjadi 41 siswa atau 91 % sedangkan 4 siswa atau 9 % dilakukan
pembinaan individual. Dengan demikian pembelajaran dengan pendekatan Modeling
The Way pada keterampilan berbicara bahasa Indonesia pada siswa tepat karena
dapat meningkatkan kemampuan keterampilan berbicara bahasa Indonesia.
3. Adanya penilaian keterampilan berbicara bahasa Indonesia
3. Adanya penilaian keterampilan berbicara bahasa Indonesia
Walaupun pelaksanaannya di luar kegiatan belajar
mengajar tetapi guru harus mengadakan penilaian keterampilan berbicara pada
kesehariannya. Penilaian ini akan menjadi motivasi bagi siswa untuk berusaha
mempraktikkannya baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan demikian
siswa termotivasi untuk melakukan perbuatan yang sama bahkan berusaha
meningkatkannya.
Penilaian praktik di luar kelas dengan cara siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sesuai pada pendekatan Modeling The Way.
Pada kelompok-kelompok tersebut setiap siswa diberi lembar penilaian yang
memuat nama siswa yang diamati yaitu siswa yang tidak berbicara bahasa
Indonesia baik di dalam kelas maupun di luar kelas, data kalimat yang tidak
diucapkan dengan bahasa Indonesia oleh siswa tersebut, dan data rekap kesalahan
siswa. Setiap siswa dalam pergaulannya sehari-hari di sekolah saling menilai
teman-temannya, sehingga mereka sama-sama saling mengawasi. Dengan kondisi dan
situasi yang demikian maka seluruh siswa berusaha semaksimal mungkin berbicara
bahasa Indonesia sehari-hari, supaya jumlah kesalahan yang dicatat temannya
sedikit mungkin. Hal inlah yang membuat siswa semakin berani dan percaya diri
berbicara bahasa Indonesia di sekolah.
4. Sekolah Membuat Program ” Sehari Berbahasa Indonesia ”
4. Sekolah Membuat Program ” Sehari Berbahasa Indonesia ”
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar bahasa adalah kondisi eksternal. Kondisi eksternal yaitu faktor di luar
diri siswa, seperti lingkugan sekolah, guru,teman sekolah, dan peraturan
sekolah. Kondisi eksternal terdiri atas 3 prinsip belajar yaitu,
(a) memberikan situasi atau materi yang sesuai dengan respon yang diharapkan,
(b) pengulangan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama di ingat,
(c) penguatan respons yang tepat untuk mempertahankan dan menguatkan respons itu
(a) memberikan situasi atau materi yang sesuai dengan respon yang diharapkan,
(b) pengulangan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama di ingat,
(c) penguatan respons yang tepat untuk mempertahankan dan menguatkan respons itu
Program sehari berbahasa di tiap sekolah merupakan
kondisi eksternal yang efektif untuk mempraktikkan keterampilan berbahasa.
Bila program ini dapat diterapkan di sekolah
tentunya akan sangat bermanfaat dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari.
Mereka akan terbiasa dan tidak canggung berbicara bahasa Indonesia di
lingkungan sekolah. Program ini ternyata cukup ampuh untuk pembiasaan bagi
warga sekolah untuk berbicara bahasa Indonesia.
Dari upaya-upaya pembiasaan berbicara bahasa
Indonesia di atas, kita berharap penguasaan keterampilan berbicara bahasa
Indonesia dapat dimulainya pada tataran sekolah dasar, sehingga siswa dapat
mempraktikkannya dengan baik dan benar. Bila hal itu berhasil maka amanat yang
ada pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dapat tercapai tujuannya dan
sekaligus sebagai penghargaan kepada para tokoh yang memperjuangkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan. Apalagi kita sebagai generasi penerus
bangsa harus dapat mengembangkan dan melestarikan bahasa Indonesia. Kapan lagi
kalau tidak dari sekarang?
E. Upaya Peningkatan
Penggunaan Bahasa Indonesia
yang Baik dan Benar
1. Peranan Pemerintah dalam Peningkatan Penggunaan Bahasa Indonesia
1. Peranan Pemerintah dalam Peningkatan Penggunaan Bahasa Indonesia
Menyadari peran
penting pendidikan bahasa Indonesia,
pemerintah seharusnya terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan. Apabila pola
pendidikan terus mengikuti pola-pola lama, maka hasil dari pembelajaran bahasa
Indonesia yang didapatkan oleh siswa juga tidak akan berpengaruh banyak.
Sejalan dengan tujuan utama pembelajaran bahasa Indonesia supaya siswa memiliki
kemahiran berbahasa diperlukan sebuah pola alternatif baru yang lebih variatif
dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah. Agar proses KBM di kelas yang
identik dengan hal-hal yang membosankan dapat berubah menjadi suasana yang
lebih semarak dan menjadi lebih hidup.
Dengan lebih
variatifnya metode dan teknik yang disajikan diharapkan minat siswa untuk
mengikuti pelajaran bahasa Indonesia meningkat dan memperlihatkan antusiasme
yang tinggi. Selain itu guru hendaknya melakukan penilaian proses penilaian
atas kinerja berbahasa siswa selama KBM berlangsung. Jadi tidak saja berorientasi
pada nilai ujian tertulis. Perlu adanya kolaborasi baik antar guru bahasa
Indonesia maupun antara guru bahasa Indonesia dengan guru bidang studi lainnya.
Dengan demikian, tanggung jawab pembinaan kemahiran berbahasa tidak semata-mata
menjadi tanggung jawab guru bahasa Indonesia melainkan juga guru bidang lain.
Selain itu, siswa dan guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung pengembangan minat baca, menulis dan apresiasi sastra. Untuk itu, diperlukan buku-buku bacaan dan majalah sastra yang berjalin dengan pengayaan bahan pengajaran bahasa Indonesia. Kurangnya buku-buku pegangan bagi guru, terutama karya-karya sastra mutakhir (terbaru) dan buku acuan yang representatif merupakan kendala tersendiri bagi para guru. Koleksi buku di perpustakaan yang tidak memadai juga merupakan salah satu hambatan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Perpustakaan sekolah hanya berisi buku paket yang membuat siswa malas mengembangkan minat baca dan wawasan mereka lebih jauh. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah harus membantu penyediaan buku-buku bahasa Indonesia terbaru ke setiap sekolah-sekolah. Selain penjelasan di atas telah ditetapkan oleh pemerintah bahwa bahasa pengantar dalam pendidikan di Indonesia adalah ahasa Indonesia, jadi sudah sewajarnya instansi pendidikan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penyelenggaran pendidikan.
2. Peranan Guru dalam Peningkatan Penggunaan Bahasa Indonesia
Selain itu, siswa dan guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung pengembangan minat baca, menulis dan apresiasi sastra. Untuk itu, diperlukan buku-buku bacaan dan majalah sastra yang berjalin dengan pengayaan bahan pengajaran bahasa Indonesia. Kurangnya buku-buku pegangan bagi guru, terutama karya-karya sastra mutakhir (terbaru) dan buku acuan yang representatif merupakan kendala tersendiri bagi para guru. Koleksi buku di perpustakaan yang tidak memadai juga merupakan salah satu hambatan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Perpustakaan sekolah hanya berisi buku paket yang membuat siswa malas mengembangkan minat baca dan wawasan mereka lebih jauh. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah harus membantu penyediaan buku-buku bahasa Indonesia terbaru ke setiap sekolah-sekolah. Selain penjelasan di atas telah ditetapkan oleh pemerintah bahwa bahasa pengantar dalam pendidikan di Indonesia adalah ahasa Indonesia, jadi sudah sewajarnya instansi pendidikan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penyelenggaran pendidikan.
2. Peranan Guru dalam Peningkatan Penggunaan Bahasa Indonesia
Masalah
berkaitan dengan kemampuan siswa ketika menyampaikan sesuatu di depan umum, dia
tidak dapat menyampaikan secara baik. Itu bukan hanya masalah kemampuan
berbahasa siswa saja, tetapi menyangkut mental, penguasaan materi, dan
kebiasaan siswa berbicara di depan umum.
Selain itu, guru
juga harus membuat strategi pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa
indonesia yang menarik bagi siswa. Strategi pembelajaran meliputi aspek yang
lebih luas daripada metode pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan cara
pandang dan pola pikir guru dalam mengajar. Dalam mengembangkan strategi
pembelajaran paling tidak guru perlu mempertimbangkan beberapa hal antara lain
bagaimana cara: mengaktifkan siswa, mengumpulkan informasi dengan stimulus
pertanyaan, menggali informasi dari media cetak, membandingkan dan
mensintesiskan informasi, bagaimana mengamati (mengawasi) kerja siswa secara
aktif, serta melakukan kerja praktik. Sehingga suasana di kelas pun akan menyenangkan
dan juga kondusif.
Dalam KBM nya
pun, pendidik harus memperhatikan hal-hal di bawah ini agar peserta didik
merasakan bahwa belajar itu menyenangkan, di antaranya :
a. Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif,
b. Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia,
c. Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung,
d. Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik,
e. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses belajar mengajar,
f. Adanya pemberian “ingatan” dalam proses belajar-mengajar,
g. Jenis kegiatan Pembelajaran menarik atau menyenangkan dan menantang.
a. Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif,
b. Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia,
c. Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung,
d. Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik,
e. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses belajar mengajar,
f. Adanya pemberian “ingatan” dalam proses belajar-mengajar,
g. Jenis kegiatan Pembelajaran menarik atau menyenangkan dan menantang.
BAB III
PENUTUP
A. Kessimpulan
Pendidikan
bahasa Indonesia
merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di
sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di
bangku SD hingga lulus SMA.
Penggunaan
bahasa Indonesia
dalam proses kegiatan belajar dan mengajar masih jauh dari apa yang
dicita-citakan yaitu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai
ejaan yang disempurnakan. Hal itu disebabkan karena di dalam proses KBM masih
banyak kekurangannya, diantaranya : kurangnya kesadaran peserta didik akan
pentingnya bahasa Indonesia, Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar
dalam dunia pendidikan dan juga merupakan identitas bangsa yang tidak boleh
hilang dan harus kita pelihara, dan dalam prosesnya itu sendiri masih banyak
kesalahan dalam pengucapan dan penulisan ejaan, dikarenakan masih dipengaruhi
oleh bahasa daerah, bahasa asing, dan bahasa popular.
Oleh karena itu,
untuk meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia dalam proses KBM harus ada
dukungan dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, pendidik, dan juga peserta
didik itu sendiri. Salah satunya melalui dukungan materil dari pemerintah,
perubahan metode pembelajaran oleh pendidik, dan juga harus ada kontribusi dari
peserta didik itu sendiri akan pentingnya belajar bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Sehingga semuanya akan terwujud dengan baik jika semua pihak ikut
serta dalam peningkatan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
B. Saran
B. Saran
Intensitas
penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam proses
belajar-mengajar menjadi berkurang. Hal itu bisa disiasati dengan lebih
mengefektifkan proses pembelajaran bahasa Indonesia dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Pembelajaran lebih banyak
diarahkan kepada hal-hal yang bersifat terapan praktis bukan hal-hal yang
bersifat teoretis. Siswa lebih banyak dikondisikan pada pemakaian bahasa yang
aplikatif tetapi sesuai dengan aturan berbahasa Indonesia secara baik dan
benar.
Selain itu, penerapan berbicara bahasa Indonesia
yang baik dan benar di sekolah-sekolah terlebih dahulu harus dimulai dari
guru-guru sekolah. Lalu setelah itu, para murid akan meneladani cara bertutur
kata guru mereka sehingga bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa sehari-hari di
sekolah. Walaupun sebenarnya bahaa Indonesia sangat bertolak belakang dari
bahasa dari daerah mereka.
Sebaiknya para guru menerapkannya tidak hanya
dalam KBM di kelas saja. Namun, sebaiknya di luar kelas, penggunaan bahasa
Indonesia tetap dilestarikan agar para siswa juga akan terbiasa dan tidak
merasa aneh dengan bahas indonesia yang baik dan benar itu.
Kami
penulis menyadari bahwa isi makalah ini belum sempurna, kami penulis meminta
kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaikinya dilain waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar